Sejarah Candi Borobudur: Mengungkap Kembali Keagungan Warisan Nusantara
Pengantar:
Selamat datang di Lumbungguru! Candi
Borobudur dibangun pada awal abad ke-9 Masehi, selama masa pemerintahan Dinasti
Sailendra, yang memerintah di Pulau Jawa. Konon, pembangunan candi ini dimulai
oleh Raja Samaratungga dari dinasti tersebut, namun tidak ada catatan tertulis
yang pasti tentang pembangunannya.
Candi Borobudur merupakan monumen
Buddha Mahayana dan didedikasikan untuk memuliakan Buddha Gautama. Bangunan ini
adalah pencapaian arsitektural yang luar biasa, terdiri dari sembilan tingkat
teras (tiga tingkat untuk setiap dhatu) dan satu tingkat stupa besar di
puncaknya. Di dinding dan lorong-lorong candi ini terdapat lebih dari 2.600
panel relief yang menggambarkan ajaran Buddha dan kisah-kisah dari kehidupan
Buddha Gautama.
Sayangnya, tidak ada catatan
sejarah pasti mengenai penyebab atau cara hilangnya Candi Borobudur dari
perhatian masyarakat setempat. Kemungkinan besar, faktor-faktor seperti letusan
gunung berapi dan gempa bumi di masa lalu berkontribusi pada penutupan dan
penutupan Candi Borobudur oleh alam.
Candi Borobudur
"ditemukan" kembali pada awal abad ke-19 oleh Sir Thomas Stamford
Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda. Sejak penemuan itu, upaya
pemugaran dan restorasi telah dilakukan untuk memulihkan Candi Borobudur ke
keagungannya yang semula. Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan Candi Borobudur
sebagai Situs Warisan Dunia.
Hingga saat ini, Candi Borobudur
tetap menjadi tujuan ziarah, pusat meditasi, dan objek wisata yang
menginspirasi ribuan orang dari seluruh dunia. Itu juga menjadi lambang
kebudayaan dan warisan spiritual yang kaya di Indonesia.
Pengaruh Bangunan Pada Candi Borobudur
Bangunan Candi Borobudur memiliki
pengaruh yang signifikan, baik dalam konteks budaya, agama, maupun arsitektur.
Berikut adalah beberapa pengaruh penting dari bangunan Candi Borobudur:
Pusat Keagamaan dan Ziarah:
Candi Borobudur telah menjadi
pusat keagamaan bagi umat Buddha di Indonesia serta seluruh dunia. Setiap
tahun, ribuan peziarah dan para praktisi agama Buddha datang ke Candi Borobudur
untuk bermeditasi, berdoa, dan merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam
agama Buddha.
Pusat Pendidikan dan Pembelajaran:
Relief-relief yang menghiasi
dinding Candi Borobudur merupakan narasi visual yang kaya mengenai ajaran
Buddha dan kisah-kisah dari kehidupan Buddha Gautama. Mereka telah menjadi
sumber belajar dan studi untuk para cendekiawan, biksu, dan praktisi agama
Buddha.
Inspirasi Arsitektural:
Arsitektur Candi Borobudur,
dengan tata letak tingkat-tingkat teras yang semakin menyempit menuju puncak,
telah menginspirasi banyak arsitek dan desainer di seluruh dunia. Penggunaan
relief dan struktur batu yang presisi tanpa pengikat juga menjadi elemen
menarik untuk pengkajian arsitektur.
Pengenalan Budaya Indonesia di Dunia Internasional:
Candi Borobudur adalah simbol
kebanggaan bagi Indonesia dan telah membantu memperkenalkan kekayaan budaya dan
sejarah Nusantara ke mata dunia. Keberadaannya sebagai Situs Warisan Dunia
UNESCO juga meningkatkan citra Indonesia sebagai negara dengan warisan budaya
yang kaya.
Pengaruh Terhadap Pariwisata:
Candi Borobudur menjadi salah
satu daya tarik wisata terbesar di Indonesia. Wisatawan dari seluruh dunia
datang untuk mengalami keindahan dan keagungan candi ini. Dampak ekonomi dari
pariwisata di sekitar Candi Borobudur sangat besar, memberikan manfaat ekonomi
kepada komunitas lokal.
Simbol Keberagaman Budaya:
Arsitektur Candi Borobudur
mencerminkan toleransi dan harmoni antara agama Buddha dengan kebudayaan Jawa
Kuno. Hal ini menjadi simbol keberagaman budaya yang kaya di Nusantara,
memperkuat ide kesatuan dalam keberagaman di Indonesia.
Pengaruh bangunan Candi Borobudur
tidak terbatas pada tingkat lokal, namun mencakup skala global.
Kecemerlangannya sebagai situs arkeologi dan keagamaan terus memikat dan
menginspirasi orang dari berbagai latar belakang dan kepercayaan.
Arsitektur Pada Candi Borobudur
Arsitektur Candi Borobudur
terbagi menjadi tiga bagian utama yang disebut "dhatu," masing-masing
memiliki makna simbolis dan mewakili tingkat pencerahan dalam ajaran Buddha.
Berikut adalah penjelasan mengenai tiga dhatu dalam arsitektur Candi Borobudur:
10 tingkatan Bodhisattva dalam
konteks Candi Borobudur merujuk pada representasi simbolis dari perjalanan
menuju pencerahan sempurna dalam ajaran Buddha. Setiap tingkatan mewakili
kemajuan spiritual yang semakin mendekati pencerahan sempurna. Berikut adalah
penjelasan mengenai 10 tingkatan Bodhisattva dalam Candi Borobudur:
Kamadhatu:
Pada tingkatan pertama,
Bodhisattva yang terwakili masih terikat pada dunia fana dan keinginan duniawi.
Mereka berusaha untuk membebaskan diri dari belenggu nafsu dan hawa nafsu.
Rupadhatu:
Tingkatan kedua menandakan tahap
di mana Bodhisattva mulai memahami sifat-sifat abstrak dan memperdalam
pengetahuan spiritual. Mereka berusaha untuk mencapai kebijaksanaan dan
pemahaman yang lebih tinggi.
Arupadhatu:
Pada tingkatan ketiga,
Bodhisattva telah mencapai pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat tak
berbentuk dan abstrak dari alam semesta. Mereka membebaskan diri dari segala
bentuk dan konsep.
Sudut Bawah Kamadhatu:
Tingkatan ini mewakili awal dari
perjalanan menuju pencerahan. Bodhisattva di sini masih terikat pada dunia
fana, namun mereka telah memulai upaya serius untuk mencapai pencerahan.
Sudut Bawah Rupadhatu:
Pada tingkatan ini, Bodhisattva
telah memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Buddha dan mengembangkan
kebijaksanaan yang lebih tinggi.
Sudut Bawah Arupadhatu:
Bodhisattva pada tingkatan ini
telah mencapai pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat tak berbentuk dari
alam semesta dan berusaha untuk mencapai pencerahan sempurna.
Sudut Atas Kamadhatu:
Bodhisattva pada tingkatan ini
masih memiliki sisa-sisa keterikatan pada dunia fana, namun mereka telah
mencapai tingkat kebijaksanaan yang lebih tinggi.
Sudut Atas Rupadhatu:
Pada tingkatan ini, Bodhisattva
telah mencapai pemahaman mendalam tentang ajaran Buddha dan mendekati
pencerahan sempurna.
Sudut Atas Arupadhatu:
Bodhisattva pada tingkatan ini
telah mencapai pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat tak berbentuk dari
alam semesta dan semakin mendekati pencerahan sempurna.
Stupa:
Pada tingkatan terakhir,
Bodhisattva telah mencapai pencerahan sempurna dan mencapai keadaan bebas dari
siklus kelahiran-kematian. Mereka mencapai kebijaksanaan dan pemahaman yang
penuh.
Setiap tingkatan Bodhisattva di
Candi Borobudur mencerminkan perjalanan spiritual yang semakin mendekati
pencerahan sempurna. Ini adalah salah satu aspek simbolis dari keagungan dan
kompleksitas arsitektur Candi Borobudur.
Candi Borobudur adalah peninggalan sejarah yang megah di Indonesia, dibangun pada abad ke-9 Masehi. Menggambarkan kemegahan budaya Nusantara, candi ini memiliki relief mengenai kehidupan Buddha dan ajarannya. Ditemukan kembali pada abad ke-19, Borobudur menjadi pusat ziarah dan pusat pembelajaran agama Buddha. Statusnya sebagai Situs Warisan Dunia mengakui keagungannya dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke seluruh dunia. Candi Borobudur adalah lambang kebanggaan dan warisan spiritual yang kaya, terus menginspirasi dan mempesona orang dari berbagai latar belakang.
Posting Komentar untuk "Sejarah Candi Borobudur: Mengungkap Kembali Keagungan Warisan Nusantara"
Silahkan tinggalkan pesan untuk artikel kami